Senin, Desember 29, 2008
M Syafii Pamerkan Karya di Galeri Surabaya
MOHAMMAD SYAFII Pelukis Surabaya memamerkan 16 karyanya di Galeri Surabaya mulai Kamis (25/12) malam. Pameran ini dibuka SABROT D MALIOBORO satu diantara budayawan Surabaya.
Dari 16 karya yang disiapkan SYAFII, seperti dilaporkan RULLY reporter Suara Surabaya, menghadirkan karya Mix Media, karya 2 dimensional, dan karya lukis di atas kanvas. Konsepnya sendiri, kata SYAFII, bersumber dari kehidupan sehari-harinya. Ada yang mengenai orang kaya dengan orang miskin, hubungan antara Tuhan dengan manusia, tentang perekonomian, dan sebagainya.
Di depan pintu masuk terlihat ada 1 luklsan yang menyerupai gambar YESUS. Ketika dikonfirmasi, SYAFII menjawab, lukisan tersebut sebenarnya penggambaran dirinya dimana 3 tahun kemarin merasakan beban perekonomian yang sulit. Pengeluaran selalu lebih besar daripada pemasukannya.
Ke-16 pameran tersebut akan berlangsung sampai 31 Desember 2008 mendatang. (rdy, tin; suarasurabaya.net, 25 Desember 2008)
Kamis, Desember 25, 2008
Perupa Agus Gembel Pamer Cinta dan Keluarga
Perupa asal Surabaya, Agus Gembel HST memamerkan karyanya bertema "Cinta... Adalah Sebuah Ruang Keluarga" di Galeri Surabaya, kompleks Balai Pemuda, 17 hingga 23 Desember 2008.
"Dalam bahasa Inggris, ruang keluarga justru disebut dengan 'living room' yang secara harfiah adalah ruang hidup. Ruang keluarga, menurut dia adalah titik temu," kata perupa kelahiran Yogyakarta, 2 Oktober 1971 itu di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, ruang keluarga itu merupakan tempat untuk berkumpul dan berkativitas anggota keluarga. Di situ ada kasih sayang, cinta sekaligus benci, pertengkaran dan lainnya yang semuanya tetap bermuara pada cinta.
Pada karyanya ini, ia ingin menyampaikan bahwa cinta tidak hanya berkaitan dengan sayang, suka, kangen, keindahan dan lainnya, tapi juga perasaan sedih, benci, marah, kenes, berantem, bahkan juga sifat jahat.
"Cinta yang sempurna adalah cinta yang lengkap komponen-komponen pembentuknya. Cinta adalah sebuah kompleksitas yang absurd, namun tidak dapat disangkal oleh logika," kata seniman yang juga aktif menulis puisi, lagu dan naskah teater, khususnya monolog itu.
Agus menghadirkan semua bentuk seni rupa dalam pamerannya ini, yakni lukisan, patung dan fotografi yang mengambarkan bertemunya berbagai rasa dalam kehidupan suatu keluarga.
Untuk Pada seni patung, ia mengahdirkan karya yang menggunakan berbagai media, seperti kayu, kain batik, benang dan lainnya. Untuk fotografi yang telah diolah kembali, ia menghadirkan sosok-sosok Gus Dur, monalisa dan lukisan ia menampilkan karya abstrak. (Masuki M. Astro; ANTARA, 18 Desember 2008)
Komik Buatan Indonesia di Galeri Surabaya
Sekitar 25 komik karya mahasiswa Stikomp Surabaya dipamerkan di Galeri Surabaya, kompleks Balai Pemuda, 11-14 Desember 2008 dengan tema, "Made in Indonesia"."Mereka yang berpameran adalah mahasiswa Stikomp yang tergabung dalam `Komputer Grafis Community`. Selain komik, juga ada karya animasi," kata Manajer Galeri Surabaya, Farid Syamlan di Surabaya, Kamis malam.
Ia mengemukakan bahwa pada pameran ini peserta ingin menampilkan hasil kreasinya di tengah banyaknya komik karya seniman asing di Indonesia. Komik-komik asing itu justru sangat diminati anak-anak di Indonesia."Makanya judul pameran ini adalah, `Made in Indonesia`. Kami berharap, kreasi anak-anak muda ini bisa menjadi semangat bagi seniman lain untuk berkarya sehingga pada akhirnya komik Indonesia menjadi tuan di negeri sendiri," ujarnya. (ANTARA via Republika Online, 4 Desember 2008)
Kamis, November 27, 2008
Pameran Karya Antistres

Rabu, November 26, 2008
Anjing-anjing Berlari Gelisah

Pameran Jamu Anti Stress
Menghadirkan berbagai karya, komunitas seniman muda dari Surabaya, dan Tuban, berkolaborasi dalam Pameran Jamu Anti Stress. Digelar di Galeri Surabaya, satu di antara karya HEN INDRA dari Tuban, sangat menggelitik. Mengusung mix media, yang memadukan akrilik dan berbagai media lainnya, menyodorkan gagasan tentang fitnah terhadap satwa. "Tikus selalu dianggap sebagai lambang korup. Padahal, tidak semua tikus korup. Ini fitnah toh," ujar HEN INDRA. (Totok Sumarno/ suarasurabaya.net, 25 November 2008)
Jamu Anti Stress di Balai Pemuda
Adalah sesuatu yang wajar jika melukis di kanvas yang kemudian dipigura. Selanjutnya karya itu bisa dinikmati pengunjung pameran dengan ditempelkan pada dinding atau papan datar horisontal. Tapi pada pameran lukisan Jamu Anti Stress yang digelar di Galeri Surabaya, Balai Pemuda, Selasa (25/11), cukup berbeda. Ada beberapa lukisan yang dibuat di atas media plastik dan papan skateboard serta permukaan kaleng berbentuk kotak.
Tak kalah beda, piring yang permukaannya bergambar berbagai jenis makanan, tampak dijajarkan di tengah ruang pamer. “Jajaran lukisan di piring ini adalah imajinasi atau makanan ilusi,” kata Hen Indira, pelukis piring. Selain Hen, juga dipamerkan lukisan karya Imam Sucahyo, Endy L, dan Sutarno Masteng.
Beberapa pengunjung pameran, memang tampak terkejut dengan lukisan yang dipamerkan. Apalagi bisa dibilang bentuknya awut-awutan. “Tapi kami sadar, karya seniman memang aneh-aneh. Bagi saya cukup menarik lah,” ujar Wibawa, salah satu pengunjung.(rie/ Harian Surya, 26 November 2008)
Senin, November 24, 2008
Taufik 'Monyong' Gelar 'Agretion'
.jpg)
Prajurit Roma Berbahasa Kuba Naik Vespa
Hasta la victoria seem pre! Prajurit Roma itu terus meneriakkan pekik perjuangan,maju terus pantang mundur.
Aneh memang, seorang prajurit Roma naik vespa butut melakukan orasi dengan bahasa Kuba mengelilingi Surabaya. ”Patria o muerte! Vox populi vox dei!” teriak prajurit Roma berkulit sawo matang itu yang berarti, tanah air atau mati, suara rakyat suara Tuhan. Begitulah adegan dalam video art yang ditampilkan Taufik Monyong dalam pameran yang bertajuk Agretion.
Video tersebut semakin terkesan heroik karena diiringi lagu underground dari band asal Surabaya, Pejah. Pameran lukisan di Galeri Surabaya Balai Pemuda ini gelar dari 17 hingga 21 November mendatang. Selain Monyong, pameran itu menampilkan lukisan karya Junaidi dan Poernadi. Memasuki ruang pamer, pengunjung disuguhi batubatu nisan berbalut kain hitam.
Pada dindingnya tergantung lukisan-lukisan bertema semangat agresi. Di antara lukisan-lukisan itu nangkring vespa butut penuh coretan. Di atasnya, televisi 14 inci memutar aksi gila Taufik Monyong bak prajurit Roma tadi berkeliling Surabaya. ”Inilah kontemporer,” jawab Monyong saat ditanya mengapa prajurit Roma malah berbahasa Kuba.
”Indonesia sudah saatnya melakukan agresi, perluasan atau ekspansi. Persoalan rumah tangga seperti harga BBM maupun pornografi seharusnya sudah selesai,” kata Monyong yang membutuhkan waktu tiga bulan menyiapkan pameran ini. Vespa butut adalah simbol agresi negara lain ke Indonesia. Agresi negara lain itu kini sudah dianggap kuno (butut) dan sudah waktunya berbalik, Indonesia yang melakukannya. Bahasa Kuba yang digunakannya tidak lebih dari bentuk kekagumannya sang pemimpin gerilya Che Guevara.
“Sebelum beraksi, saya harus menghafalkannya lebih dulu,” katanya sambil tertawa. Sementara prajurit Roma sudah pasti semangat ekspansi yang disampaikannya. Ada yang menarik saat ditanya dari mana Monyong mendapat ide pameran dan video art ini. Mantan aktivis 98 itu mengaku, gagasan berawal dari mimpinya bertemu Soekarno, Presiden RI pertama.
“Waktu mimpi itu, saya sedang naik vespa. Lalu Soekarno bilang urusan rumah tangga negara ini seharusnya sudah selesai. Sudah saatnya melakukan agresi,” kata Monyong dengan mimik serius. Selain video art, Monyong menampilkan 14 lukisan, sedang Poernadi menampilkan 1 lukisan, dan Junaidi menampilkan 4 lukisan.
Salah satu lukisan berjudul “Freedom” tampak begitu sangar dan emosional.”Gerakan menuju perubahan bisa dianggap orang lain bagai pengaruh jahat.Padahal,semua itu diperjuangkan untuk menuju sebuah kemerdekaan,freedom,” kata Monyong. (Zaki Zubaidi, Koran Sindo, 17 November 2008)
Pameran ‘Agretion’, Jangan Melupapakan Sejarah
.jpg)
Keindahan Alam Goresan Hamid Nabhan

Jumat, November 07, 2008
Harmoni Aliran di Balai Pemuda
Tidak mudah menyatukan berbagai gaya dan aliran para seniman. Namun, itu bukanlah hal yang mustahil. Bertajuk Harmoni, pameran lukisan di Galeri Surabaya, Balai Pemuda, hingga 9 November mendatang itu mencoba membuktikan perpaduan tersebut.
Sebanyak 24 lukisan karya 17 seniman dari kelompok Serumpun Bambu terpajang memutari ruangan galeri. Berbagai objek dan aliran mencoba memberi suguhan menarik untuk penikmat lukisan. Mulai gaya realis, dekoratif, surealis, hingga kaligrafi tersaji dengan berbagai teknik dan media. Ada yang menggunakan media palet. Ada juga yang memakai tinta dengan teknik drawing.
Salah seorang pelukis yang menggunakan palet adalah Ahmad Djunaidi. Dalam pameran tersebut, pelukis 31 tahun itu menyumbangkan dua karya. Membidik objek kawasan Pasar Pabean dan Jembatan Merah, Djunaidi menyuguhkan lukisan bergaya realis impresionis yang kental dengan gaya goresan spontan. Dua lukisan tersebut dilukis langsung di tempat alias on the spot. Hasilnya, Djunaidi berhasil merekam segala aktivitas orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar kawasan tersebut. Ada kumpulan para pedagang, ada juga sekawanan laki-laki bersepeda.
Pemilihan objek tersebut beralasan. "Saya ingin mengabadikan bangunan dan kawasan bersejarah Surabaya pada zaman sekarang. Sebab, di masa yang akan datang, bangunan-bangunan itu belum tentu masih ada," jelas Djunaidi.
Untuk lukisan bergaya dekoratif, pelukis muda Ali Topan menyuguhkan satu lukisan. Mengambil tajuk My World, Ali menggambarkan detail dunia anak-anak sesuai dengan daya imajinasi. Dengan menggunakan media cat acrylic, dia melukis anak-anak yang tengah berlarian, sapi terbang, hingga kuda dengan badan bermotif kotak-kotak di sebuah padang rumput yang penuh dengan jamur berukuran raksasa. Lukisan dekoratif itu disebut naive decorative.
Selain lukisan realis dan dekoratif, ada juga lukisan surealis yang bisa disaksikan. Salah satunya, karya pelukis Suyono. Lewat karyanya yang berjudul depression, Suyono mengambil objek sebuah sepatu bot hitam berukuran besar yang terisi penuh dengan cairan hijau. Saking penuhnya, cairan tersebut tumpah ke lantai. Tepat di atas sepatu tersebut, terdapat sebuah tangan berbalut sarung tangan putih yang membawa sebuah tongkat. Lukisan itu merupakan simbol otak manusia yang memiliki keterbatasan.
Pameran lukisan bersama tersebut merupakan pameran perdana dari Serumpun Bambu. Berawal dari kegiatan kumpul-kumpul para pelukis itu memiliki ide untuk membentuk kelompok dan akhirnya mengadakan pameran bersama. (ken, ayi/ Jawa Pos, 6 November 2008)
Kamis, November 06, 2008
Agenda Galeri Surabaya, November 2008
04-09 Pameran Lukis Bersama Serumpun Bambu: HARMONI. 12-16 Solo Exhibition: SYMPHONY OF NATURE, karya Hamid Nabhan. 17-22 Pameran Lukisan: LINTAS GENERASI 2, karya Pelukis Alumni Unesa. 24-30 Pameran Lukisan: JAMU ANTI STRES, karya Endy Lukito, Imam Sucahyo, Sutamo Masteng, Hen Indira. (Manager Galeri Surabaya/ Farid Syamlan)
Minggu, November 02, 2008
PAMERAN ‘MULTIDIMENSI’: Jalan Melepas Duniawi
Rabu, Oktober 29, 2008
Dosen STKW Pamer Lukisan Multidimensi

Sabtu, Oktober 25, 2008
Kain Perca, Pilihan Cerdas Berkesenian
Lukisan Kain Perca pun Mempesona, Lapindo yang Termahal
Media lukisan tak hanya cat minyak, acrylic, cat air, crayon, pastel, dan sejenisnya, di atas kanvas atau papan. Kain perca pun bisa jadi media lukisan yang tak kalah eksotik dan menarik. Itu dibuktikan oleh Fransisca Romana Endang Waliati saat berpameran Estetika Kain Perca di Galeri Surabaya, Balai Pemuda, Jumat (24/10).
Dalam eksibisi, seniman asal Porong, Sidoarjo, ini memajang 29 karya yang bisa dikoleksi pengunjung. Ia tak terlalu mahal mematok hasil karyanya. Hanya kisaran Rp 400.000 hingga Rp 5 juta.
Paling mahal adalah lukisan yang diberinya judul Lapindo. Ia menyebut karya ini sebagai yang terberat. Ini terinspirasi oleh situasi di sekitar rumahnya, Porong. Pengerjaan karya itu kerap terhenti oleh tangisan pengungsi.
“Bayangkan jika tiba-tiba Anda kehilangan sesuatu yang sudah lama dimiliki. Rumah saya memang belum tenggelam, tapi saya merasa kehilangan juga,” jelas Endang.
Tak hanya kain dan serat benang yang dijadikan kolase. Uang pun bisa jadi media. Karya berjudul Tiga Topeng merupakan kolase potongan uang Rp 100.000-an. “Intinya banyak media yang bisa digunakan untuk menghasilkan karya seni,” tambahnya.
Endang menekuni karya bermedia kain perca ini sejak 1985. Ia merasa nyaman, karena tak harus menghirup aroma cat dan oil yang menyengat yang kerap membuatnya alergi dan pusing.
Dengan kain perca, ibu dua anak ini semakin asyik berkarya hingga hasil kerja kerasnya itu telah tersebar hingga ke Prancis dan Belanda. (mg1/ Harian Surya, 25 Oktober 2008)
Manfaatkan Kain Perca Jadi Karya Seni Rupa
.jpg)
Selasa, Oktober 21, 2008
Tujuh Perupa Muda Unjuk Karya
Jagat seni rupa di Surabaya terus menggeliat. Tujuh pelukis muda mengadakan pameran bersama di Galeri Surabaya pada 17-23 Oktober. Mereka menunjukkan bahwa karyanya layak diapresiasi.
Tujuh perupa muda itu adalah Anas Ali Imron, Bayu Edi Iswoyo, Baqy Sururi, Didit Trianto, Febrianto, Justian Jafin W.B., dan Taufiq. Mereka adalah alumnus SMKN 11 Surabaya pada 2008. Pameran kali ini mengusung tema Me-Rock-Art (baca: meroket).
''Ada sejuta rasa saat mengadakan pameran ini. Sebab, pameran ini kali pertama bagi kami,'' kata Taufiq, 17.
Sebenarnya, ide mengadakan pameran itu sudah tercetus saat mereka masih duduk di bangku sekolah Jurusan Seni Rupa Murni SMKN 11. Namun, ada berbagai alasan yang membuat mereka ragu. ''Sempat terpikir bagaimana nanti reaksi masyarakat terhadap karya kami,'' tambah Anas, 19.
Namun, akhirnya mereka membulatkan tekad untuk mewujudkannya. Sebab, kata Taufiq, untuk memiliki jam terbang yang tinggi, mereka harus melalui proses semacam itu. ''Kami ingin menjadi seorang perupa, tidak hanya pelukis,'' tambahnya.
Dasar itulah yang membuat tujuh perupa muda itu menumpahkan isi hati mereka dalam kanvas. Mereka mengaku tidak terbebani dengan karya-karya orang lain.
Misalnya, tiga karya Taufiq. Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Unesa itu membuat lukisan dengan teknik mixed on canvas. Karyanya yang berjudul Cinta yang Membara merupakan lukisan dekoratif.(jan, ari/ Jawa Pos, 21 Oktober 2008)
Minggu, Oktober 19, 2008
Pelukis Pemula Ingin Meroket
Sabtu, Oktober 18, 2008
Alumni SMSR Surabaya Pamer Lukisan Bersama
.jpg)
Tujuh Seniman Gelar Pameran Bersama di Surabaya
Sebanyak tujuh alumni Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Surabaya menggelar pameran lukisan bersama di Galeri Surabaya, kompleks Balai Pemuda Surabaya, 17 hingga 23 Oktober 2008.
Ketujuh seniman muda berusia antara 17 hingga 18 tahun asal Kota Surabaya itu adalah, Anas, Bayu Edi Iswoyo, Febrianto, Didit T, Jafin Rock, M. Taufik dan Baqi.
Bayu Edi Iswoyo di Surabaya, Jumat, mengakui, mereka yang mengadakan pameran ini merupakan pendatang baru yang lulus tahun 2008 dan kini mengenyam pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
"Kendati masih baru, kami ingin menatap masa depan sesuai dengan tema pameran ini, Me Rock Art yang bisa diartikan meroket. Kami ingin ke depan menghasilkan karya yang lebih baik," katanya.
Mahasiswa Unesa itu mengemukakan, lewat pameran ini, mereka ingin menampilkan identitas masing-masing dalam berkarya. Karena itu, obyek lukisan maupun gayanya tidak terikat dalam tema tertentu.
"Kami menampilkan karya yang bebas sesuai identitas masing-masing. Ada yang realis, abstrak dan ada juga yang graffiti. Kami menggunakan cat minyak dan ada juga yang menggunakan media akrilik," katanya. (meg/ kapanlagi.com, 17 Oktober 2008)
Selasa, Oktober 14, 2008
Tarian Proletar dan For Live Tampil di Balai Pemuda
Situasi prihatin tidak hanya bisa direspon dengan gerutu tapi juga menarik jadi inspirasi karya seni.
FATHUR ROJIB pelukis asal Sidoarjo misalnya, mewujudkan karya visual beraliran realisme satire dari situasi prihatin masyarakat di sekilingnya.
Sebut saja karya berjudul "Tarian Proletar". Dalam karya yang ini mengungkap cerita bagaiman getirnya rakyat kecil ini, seorang lelaki dengan telanjang kaki, telanjang dada dirantai menari demi uang receh. Sedang di pergelangan kaki kanan rantai panjang dikendalikan seekor kera sambil terkekeh.
Kata ROJIB pada RULLY reporter Suara Surabaya, Sabtu (11/10), nasib rakyat kecil seakan kera, bahkan kera pun menertawainya. Lain halnya karya ROJIB yang lain berjudul "For Live".
"For Live" juga Tarian Proletar diantara lima karya ROJIB yang sekarang dipamerkan di Balai Pemuda Surabaya. FATHUR ROJIB berpameran di Galeri Surabaya bersama S. WAHYUDI pelukis juga SANTOSO pematung.
Mereka mengangkat judul "Interrealitas". Karya-karya dalam pameran ini menyoroti situasi prihatin bangsa ini.
Seperti karya instalasi patung SANTOSO berjudul "Keputusan Terakhir". Ada enam patung nampak memakan anggota tubuhnya karena situasi getir yang dialami rakyat kecil.(Iping Supingah/ SuaraSurabaya.net, 11 Oktober 2008)
Kamis, Oktober 09, 2008
Pameran Lukisan “Disharmoni”
+2008.jpg)
Minggu, Oktober 05, 2008
Kritik Sosial dari Swiss
+2008.jpg)
Sabtu, Oktober 04, 2008
Agenda Galeri Surabaya, Oktober 2008
04-07 Pameran Seni Lukis: DISHARMONI, karya N. Roel & Dharganden. 09-15 Pameran Seni Rupa: INTERREALITAS, karya F. Rojib, G. Wahyudi & Santoso. 17-23 Pameran Lukisan: ME ROCK ART, karya Anas, Bayu El, Febrianto, Didit T, Jafin Rock, M. Taufik & Baqi. 24-26 Pameran Seni Rupa: ESTETIKA KAIN PERCA, karya Endang. 28-2November Pameran Seni Lukis Tunggal: MULTIDIMENSI, karya Hari Prajitno. (Manager Galeri Surabaya/ Farid Syamlan)
Jumat, September 26, 2008
Angkat Seni Instalasi Fotografi
.jpg)
Rabu, September 24, 2008
Foto Unik Hadir di Galeri Surabaya

Selasa, September 16, 2008
Galeri Surabaya Gelar Bursa Lukisan Murah
.jpg)
Jangan Salah Pilih di Galeri Surabaya
Setelah pameran lukisan kaligrafi bertema “FirmanMu Sumber Kehidupan” dan menampilkan enam pelukis, kini Galeri Surabaya (GS) di Kompleks Balai Pemuda, menggelar bursa seni rupa dua dimensi bertema “Jangan Salah Pilih”. Pameran bursa nanti dimulai 15-21 September.
Penyelenggaranya adalah Paguyuban Seni Seger Waras (PSSW) Surabaya. Salah satu anggotanya, kata Manjer GS, Farid Syamlan adalah pelukis Anang Timur. Pameran ini digelar, selain untuk apresiasi juga memberi peluang para pecinta lukisan dan kolektor untuk mengapresinya.
Pada akhir bulan, di tempat sama digelar pameran seni Foto Grafi Apropriasi “Kemasan” karya Mix Media. Penyelenggaraanya pada 23-28 September.(gim/ Surabaya Post, 15 September 2008)
Sabtu, September 06, 2008
Kaligrafi Tak Pernah Mati
.jpg)
Pamer Kaligrafi dari Lima Pelukis Jatim
Sebanyak lima pelukis dari berbagai daerah di Jawa Timur (Jatim) memamerkan karya kaligrafi bertema "Firman-Mu Sumber Keteduhan Hati" di Galeri Surabaya, Balai Pemuda, 5 - 13 September 2008.
Bambang Tri ES, salah seorang pelukis, kepada ANTARA News di Surabaya, Jumat, menjelaskan bahwa para pelukis akan menampilkan sekira 25 lukisan.
"Mereka adalah, B. Sulaiman (Surabaya), Zaid Juber (Banyuwangi), M. Djuhadi Djauhar (Kediri), A. Rahman (Surabaya), dan saya sendiri," kata pelukis asal Sidoarjo itu.
Ia menjelaskan, mereka awalnya bertemu dalam kegiatan Pasar Seni awal 2008 lalu di Balai Pemuda Surabaya. Setelah itu mereka sepakat untuk menggelar pameran bersama.
Pada pameran kali ini, Bambang menampilkan kaligrafi yang diambil dari petikan ayat-ayat Alquran, seperti Surat Al Baqarah, Al Ikhlas, Ibrahim dan Lukman.
Ia mengemukakan, lukisan kaligrafi itu memiliki makna spiritual mendalam bagi para pelukisnya. Selain untuk ekspresi estetis, lukisan kaligrafi juga menjadi sarana syiar agama.
"Lewat lukisan kaligrafi kita bisa menyebarkan makna dari ayat-ayat suci Alquran. Saya kira ini akan lebih menyentuh karena ada aspek seninya," katanya.
Lewat lukisan kaligarfi dengan ukuran 100 Cm x 100 Cm, Bambang berharap, penikmatnya bisa lebih memahami makna ayat suci dengan cara yang lain. (ANTARA, 5 September 2008)
Senin, September 01, 2008
Agenda Galeri Surabaya, September 2008
01-03 Pameran Sketsa dan Foto: PEDULI ANAK JALANAN, YATIM PIATU dan PSK, oleh Student Committee Association (STUECOSS). 05-13 Pameran Lukisan Kaligrafi: FIRMANMU SUMBER KETEDUHAN HATI, karya B. Sulaiman, Bambang Tri ES, Salim ND, Zaid Jubair, M. Djuhadi Djauhar, A. Rahman. 15-21 Bursa Seni Rupa Dua Dimensi: JANGAN SALAH PILIH, oleh Paguyuban Seni Seger Waras. 23-28 Pameran Seni Fotografi Apropriasi: KEMASAN, karya Mix Media. (Manager Galeri Surabaya/ Farid Syamlan)
Pameran Lukisan "Reproduksi"
.jpg)
Reproduksi Lewat Goresan
.jpg)
13 Perupa Surabaya Pamer Lukisan Reproduksi
.jpg)
Rabu, Agustus 27, 2008
Pameran Art Goes to Sun
Selasa, Agustus 05, 2008
INFECTED BRAIN: Kolaborasi Empat Komunitas Seni

Pameran Seni Berotak
.jpg)
Empat Perupa Bandung Pameran di Surabaya
.jpg)
Sebanyak empat perupa asal Bandung mengadakan pameran di Galeri Surabaya dengan tema "Infected Brain", 4 - 10 Agustus mendatang. Pembukaan pameran empat perupa, yakni Doni Kabo, Yunis Kartika, Agung Prabowo dan Sekarputri Sidhiawati di komplek Balai Pemuda, Surabaya, Senin malam (4/7) dimeriahkan dengan atraksi "Drum Hero" yang merupakan komunitas drumer dan perkusi di Surabaya.
Yunis mengemukakan, ide karya mereka itu diilhami oleh film tentang semut yang memakan jamur beracun. Kemudian jamur itu tumbuh di kepala si semut. "Kalau untuk manusia, otak itu menjadi pusat kontrol dari semua aktivitas," kata mahasiswa pascasarjana Seni Murni ITB itu.
Yunis menampilkan karya semacam patung potongan tubuh yang terdapat beberapa bagian tubuh itu sebuah resleting, termasuk di bagian otak dan dada. Pada pameran kali ini Yunis dengan Doni Kabo yang juga mahasiswa S2 ITB menampilkan seni instalasi, sementara Agung Prabowo dan Sekarputri Sidhiawati menampilkan karya lukis.
Ditanya apakah pemilihan tema tentang otak ini berkaitan dengan banyaknya kajian mengenai kekuatan pikiran yang saat ini marak, Yunis membantahnya."Tapi kalau orang mengait-ngaitkan dengan hal itu tidak ada masalah," katanya. (Masuki M. Astro/ ANTARA, 4 Agustus 2008/ Foto: Hanif Nashrullah)
Minggu, Agustus 03, 2008
Agenda Galeri Surabaya, Agustus 2008
04-10
Art Exhibition: INFECTED BRAIN, Karya Yunis Kartika, Doni Kabo, Agung Prabowo, Sekarputri Sidhiawati.
12-16
Gelar Karya Lukis IV: ASYIKNYA BEBAS BEREKSPRESI, oleh Komunitas Magenta.
17-23
Forum Ekspresi Anak Negeri: REPRODUKSI.
25-30
Pameran Lukisan: ART GOES TO SUN, Karya Nomo, Kenyut, Nur Cholis, Q-Usta, Sugeng Pribadi (Klemen), Hery Poer, Yonosan, Anwar. (Manager Galeri Surabaya/
Farid Syamlan)
Jumat, Agustus 01, 2008
Wadji Pameran Tunggal Ketujuh
Wadji "Iwak". Begitulah para perupa Surabaya menyebut pelukis asal Sidoarjo yang intens mengolah idiom ikan dalam karya-karyanya. Dibanding dengan corak karya sebelumnya pada lukisan Wadji terbaru tampak ada perubahan tampilan. Jika sebelumnya dia semata-mata mengolah obyek ikan namun sekarang ditambah dengan elemen lain.
Setelah dia memerah kemampuannya selama setahun kemudian hasilnya disajikan dalam pameran tunggal bertajuk "Face to Fish" di Balai Pemuda sebanyak 25 lukisan. Pameran tersebut dibuka oleh L. Soepomo, anggota DPR RI asal Surabaya, pada tanggal 27 Juli dan berlangsung hingga 2 Agustus 2008 di Galeri Surabaya. Corak kekaryaan pelukis kelahiran Jombang 1955 ini sekarang tampak lebih segar dengan pengembangan obyek dibanding garapan sebelumnya.
Wadji mencoba menghadirkan obyek lain tanpa meninggalkan obyek utamanya, ikan.Ada lukisan yang menyajikan delapan ikan arwana berwarna kuning keemasan beriringan dari sebuah lorong menuju ke belanga besar di hadapan perempuan tua disajikan dalam warna monokrom hitam putih. Pembentukan dua komposisi warta tersebut menghadirkan kesan yang menawan.Dari 25 karya yang ditampilkan Wadji sebagian besar mengetengahkan cerita tentang ikan. Ada lukisan yang dibagi dalam dua bidang, obyek utamanya seorang anak menenteng ikan hasil tangkapannya tampil dalam sebuah frame.
Sementara pada bidang lainnya tampak jajaran perahu mendarat di pantai.Wadji juga mencoba memikat lewat figur wanita. Seperti pada lukisan seorang gadis yang memegang merpati putih dengan latar belakang yang diblok merah menyala menyiratkan tentang pengendalian suatu kebebasan.Lukisan lainnya, ada tumpukan kayu, sebuah lukisan penari Bali dan sebuah topeng menempel di dinding sementara beberapa ekor ikan kecil berenang di tempayan. Seorang wanita muda menatap suasana itu dengan sorot mata tajam dikitari bunga merah muda."Inilah hasil pergulatan setahun.
"Meski saya menampilkan figur lain namun ikan tetap menjadi idiom utama. Ini sudah pilihan saya. Sebagai filosofi, ikan menyiratkan aktivitas yang tiada henti sepanjang waktu. Begitupun saya yang terus mencoba untuk terus bergerak di wilayah seni rupa," tutur Wadji yang dikenal sebagai seniman serba bisa.Pelukis yang pernah belajar pada Sekolah Minggu Aksera di tahun 70-an tersebut juga seniman relief yang terampil. Karya reliefnya masih menghiasi kawasan kebun binatang Surabaya.
Wadji juga sering bermain kesenian reog maupun melawak yang dia lakoni pada medio 1980an.Tentang eksplorasi kekaryaannya yang terakhir Wadji menuturkan, "Sebagai seniman saya ingin terus berproses sambil merespon fenomena agar saya bisa tetap semangat, karena saya hidup dan dihidupi oleh kesenian yang saya libati." (rokimdakas)
Langganan:
Postingan (Atom)