Senin, November 24, 2008

Prajurit Roma Berbahasa Kuba Naik Vespa

Hasta la victoria seem pre! Prajurit Roma itu terus meneriakkan pekik perjuangan,maju terus pantang mundur. Aneh memang, seorang prajurit Roma naik vespa butut melakukan orasi dengan bahasa Kuba mengelilingi Surabaya. ”Patria o muerte! Vox populi vox dei!” teriak prajurit Roma berkulit sawo matang itu yang berarti, tanah air atau mati, suara rakyat suara Tuhan. Begitulah adegan dalam video art yang ditampilkan Taufik Monyong dalam pameran yang bertajuk Agretion. Video tersebut semakin terkesan heroik karena diiringi lagu underground dari band asal Surabaya, Pejah. Pameran lukisan di Galeri Surabaya Balai Pemuda ini gelar dari 17 hingga 21 November mendatang. Selain Monyong, pameran itu menampilkan lukisan karya Junaidi dan Poernadi. Memasuki ruang pamer, pengunjung disuguhi batubatu nisan berbalut kain hitam. Pada dindingnya tergantung lukisan-lukisan bertema semangat agresi. Di antara lukisan-lukisan itu nangkring vespa butut penuh coretan. Di atasnya, televisi 14 inci memutar aksi gila Taufik Monyong bak prajurit Roma tadi berkeliling Surabaya. ”Inilah kontemporer,” jawab Monyong saat ditanya mengapa prajurit Roma malah berbahasa Kuba. ”Indonesia sudah saatnya melakukan agresi, perluasan atau ekspansi. Persoalan rumah tangga seperti harga BBM maupun pornografi seharusnya sudah selesai,” kata Monyong yang membutuhkan waktu tiga bulan menyiapkan pameran ini. Vespa butut adalah simbol agresi negara lain ke Indonesia. Agresi negara lain itu kini sudah dianggap kuno (butut) dan sudah waktunya berbalik, Indonesia yang melakukannya. Bahasa Kuba yang digunakannya tidak lebih dari bentuk kekagumannya sang pemimpin gerilya Che Guevara. “Sebelum beraksi, saya harus menghafalkannya lebih dulu,” katanya sambil tertawa. Sementara prajurit Roma sudah pasti semangat ekspansi yang disampaikannya. Ada yang menarik saat ditanya dari mana Monyong mendapat ide pameran dan video art ini. Mantan aktivis 98 itu mengaku, gagasan berawal dari mimpinya bertemu Soekarno, Presiden RI pertama. “Waktu mimpi itu, saya sedang naik vespa. Lalu Soekarno bilang urusan rumah tangga negara ini seharusnya sudah selesai. Sudah saatnya melakukan agresi,” kata Monyong dengan mimik serius. Selain video art, Monyong menampilkan 14 lukisan, sedang Poernadi menampilkan 1 lukisan, dan Junaidi menampilkan 4 lukisan. Salah satu lukisan berjudul “Freedom” tampak begitu sangar dan emosional.”Gerakan menuju perubahan bisa dianggap orang lain bagai pengaruh jahat.Padahal,semua itu diperjuangkan untuk menuju sebuah kemerdekaan,freedom,” kata Monyong. (Zaki Zubaidi, Koran Sindo, 17 November 2008)

Tidak ada komentar: