Senin, November 24, 2008

Pameran ‘Agretion’, Jangan Melupapakan Sejarah

Dua alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan satu alumni Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Surabaya berkolaborasi dalam pameran lukisan betajuk “Agretion” di Galeri Surabaya (GS) mulai Senin (17/11). Pameran hingga 22 November mendatang memajang 17 lukisan yang tujuannya mengajak untuk berjuang meraih kemerdekaan. “Secara ekonomi Indonesia belum merdeka, masih terjajah Amerika, seperti kasus Freeport,” kata pelukis Purnadi yang didampingi pelukis lainnya, Taufik Monyong dan Junaidi saat pembukaan. Dari total lukisan yang dipajang, Purnadi memajang satu karya, Taufik sebelas karya dan sisanya karya Junaidi. Purnadi memajang karyanya berjudul Jangan Lupakan yang Lalu. Lukisan ekspresionis – surealis berukuran 150 × 80 cm menggambarkan sebuah tangan dan kaki yang tumbuh dari buah semangka yang bercucuran air. Seabuah tangan berusaha meraih “damar” sedangkan kakinya berupaya menggaet kursi. Di atas kursi digambarkan sebuah matahari. “Setiap kehidupan dengan simbol semangka membutuhkan sebuah pengorbanan dan usaha untuk mencapai tujuan,” jelas Purnadi. Kaki dan tangan adalah upaya untuk mencapai penerangan dan kekuasaan. Melalui kekuasan dan penerangan, manusia bisa memberikan pengaruh terhadap dunia yang dilambangkan dengan matahari. Kaitannya dengan “Agretion,” jangan sekali-kali lupakan sejarah, kemerdekaan yang dapat dinikmati sekarang dan dulunya dibayar tetes darah para pahlawan. Demi mencapai kemerdekaan, para pejuang rela mengorbankan nyawanya. Indonesia secara de facto telah merdeka dan kemerdekaan ini dapat dinikmati oleh anak-cucu. “Karya ini juga dapat dinilai secara religi untuk mencapai yang ‘Tunggal’ dan diperlukan sebuah usaha dan perjuangan yang luar biasa,” katanya. Sementara Taufik memfavoritkan karya People Power. Lukisan ini menggambar lima wanita yang berusaha memberontak tradisi yang selama ini cuma dianggap sebagai komunitas. “Pameran kali ini tidak hanya menampilkan lukisan saja tapi ada pagelaran musik dan pemutaran video,” Taufik. Pada videonya dia berusaha berkomunikasi untuk memberikan perubahan. Dalam rekamannya, Taufik keliling Surabaya dan Sidoarjo sambil berorasi. “Indonesia telah bangkit, Indonesia harus berpikir menjajah negara lain,” katanya. (K13/ Surabaya Post, 19 November 2008)

Tidak ada komentar: