
Tujuh pelukis pemula jebolan Sekolah Menengah Seni
Rupa (SMSR) atau SMK 9 Surabaya pameran bersama di
Galeri Surabaya (GS) bertajuk “MeRock Art”. Mereka
menampilkan 12 karya, mulai Jumat (17/10) Kamis
(23/10).
Pelukis yang tampil, Anas Ali Imron, Bayu Edi
Iswoyo, Didit Trianto, Febrianto, Justian Jafin
Wibisono, Moch. Baqy Sururi, dan M. Taufiq.
Pameran alumni SMSR 2008 yang kedua itu juga
merupakan ajang reuni, setelah pameran yang
pertama berupa karya tugas (TA) sekolah. “Daripada
mencorat-coret baju dan konvoi yang tiadak
gunanya, lebih baik menggelar pameran,” kata Moch
Baqy Sururi tentang pameran TA-nya.
Sementara tajuk “Me Rock Art”, tambah Didit
Trianto, merupakan plesetan dari kata “meroket”.
“Harapannya, dengan pameran ini kami bisa meroket,
sekaligus memberikan sumbangsih terhadap dunia
seni lukis,” tambahnya.
Karya yang dipajang antara lain Reminisce karya
Anas Ali Imron, Under Fresh dan Untitle (Justian
Jafin Wibisono), Indahnya Sang Malam, Cinta yang
Membara, dan Wanita Malam (M. Taufiq), Air & Api
dan Tanah & Kehidupan (Bayu Edi Iswoyo), Big vs
Small dan Surabaya so Sweet (Didit Trianto), Aku
Si Kambing Malang (Moch Baqy Sururi),
Sepu-Sepurane (Febrianto).
Karya Frebrianto Sepu-Sepurane mengkritik masalah
urbanisasi, setelah Lebaran. Dia menggambarkan,
kereta api yang merupakan sarana yang banyak
diminati saat Lebaran. Di sampingnya terdapat dua
unggas bebek putih dan satu bebek kuning.
“Bebek putih melambangkan orang kota dan bebek
kuning orang desa. Orang desa yang di kota setelah
lebaran biasanya mengajak saudaranya untuk mengadu
nasib di kota,” kata pelukis yang mengidolakan
pelukis Agus Suwage ini.
Karya Baqy Aku Si Kambing Malang, berusaha
mengangkat problematika di kalangan bawah. Kambing
yang disembelih adalah simbol masyarakat bawah dan
batu mewakili beban hidupnya. “Sekalipun hidup
banyak cobaan, kita harus tetap berjuang,”
tambahnya.
Surabaya dalam kaca mata Didit Trianto adalah kota
kebanggan. Dalam karyanya Surabaya so Sweet dia
ingin mengangkat sebagai kota yang dingin dan
manis, seperti minuman ringan,” katanya.
Lain halnya dalam Big vs Small, Didit mengangkat
tema politik lewat simbol kaleng minuman ringan.
Menyimbolkan orang yang berkuasa dan bisa berbuat
semaunya dan orang lemah yang cenderung bisa
diperdaya.
(K13/ Surabaya Post, 18 Oktober 2008/ Foto: Hanif Nashrullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar