Minggu, Oktober 19, 2008

Pelukis Pemula Ingin Meroket

Tujuh pelukis pemula jebolan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) atau SMK 9 Surabaya pameran bersama di Galeri Surabaya (GS) bertajuk “MeRock Art”. Mereka menampilkan 12 karya, mulai Jumat (17/10) Kamis (23/10). Pelukis yang tampil, Anas Ali Imron, Bayu Edi Iswoyo, Didit Trianto, Febrianto, Justian Jafin Wibisono, Moch. Baqy Sururi, dan M. Taufiq. Pameran alumni SMSR 2008 yang kedua itu juga merupakan ajang reuni, setelah pameran yang pertama berupa karya tugas (TA) sekolah. “Daripada mencorat-coret baju dan konvoi yang tiadak gunanya, lebih baik menggelar pameran,” kata Moch Baqy Sururi tentang pameran TA-nya. Sementara tajuk “Me Rock Art”, tambah Didit Trianto, merupakan plesetan dari kata “meroket”. “Harapannya, dengan pameran ini kami bisa meroket, sekaligus memberikan sumbangsih terhadap dunia seni lukis,” tambahnya. Karya yang dipajang antara lain Reminisce karya Anas Ali Imron, Under Fresh dan Untitle (Justian Jafin Wibisono), Indahnya Sang Malam, Cinta yang Membara, dan Wanita Malam (M. Taufiq), Air & Api dan Tanah & Kehidupan (Bayu Edi Iswoyo), Big vs Small dan Surabaya so Sweet (Didit Trianto), Aku Si Kambing Malang (Moch Baqy Sururi), Sepu-Sepurane (Febrianto). Karya Frebrianto Sepu-Sepurane mengkritik masalah urbanisasi, setelah Lebaran. Dia menggambarkan, kereta api yang merupakan sarana yang banyak diminati saat Lebaran. Di sampingnya terdapat dua unggas bebek putih dan satu bebek kuning. “Bebek putih melambangkan orang kota dan bebek kuning orang desa. Orang desa yang di kota setelah lebaran biasanya mengajak saudaranya untuk mengadu nasib di kota,” kata pelukis yang mengidolakan pelukis Agus Suwage ini. Karya Baqy Aku Si Kambing Malang, berusaha mengangkat problematika di kalangan bawah. Kambing yang disembelih adalah simbol masyarakat bawah dan batu mewakili beban hidupnya. “Sekalipun hidup banyak cobaan, kita harus tetap berjuang,” tambahnya. Surabaya dalam kaca mata Didit Trianto adalah kota kebanggan. Dalam karyanya Surabaya so Sweet dia ingin mengangkat sebagai kota yang dingin dan manis, seperti minuman ringan,” katanya. Lain halnya dalam Big vs Small, Didit mengangkat tema politik lewat simbol kaleng minuman ringan. Menyimbolkan orang yang berkuasa dan bisa berbuat semaunya dan orang lemah yang cenderung bisa diperdaya. (K13/ Surabaya Post, 18 Oktober 2008/ Foto: Hanif Nashrullah)

Tidak ada komentar: