Wadji "Iwak". Begitulah para perupa Surabaya menyebut pelukis asal Sidoarjo yang intens mengolah idiom ikan dalam karya-karyanya. Dibanding dengan corak karya sebelumnya pada lukisan Wadji terbaru tampak ada perubahan tampilan. Jika sebelumnya dia semata-mata mengolah obyek ikan namun sekarang ditambah dengan elemen lain.
Setelah dia memerah kemampuannya selama setahun kemudian hasilnya disajikan dalam pameran tunggal bertajuk "Face to Fish" di Balai Pemuda sebanyak 25 lukisan. Pameran tersebut dibuka oleh L. Soepomo, anggota DPR RI asal Surabaya, pada tanggal 27 Juli dan berlangsung hingga 2 Agustus 2008 di Galeri Surabaya. Corak kekaryaan pelukis kelahiran Jombang 1955 ini sekarang tampak lebih segar dengan pengembangan obyek dibanding garapan sebelumnya.
Wadji mencoba menghadirkan obyek lain tanpa meninggalkan obyek utamanya, ikan.Ada lukisan yang menyajikan delapan ikan arwana berwarna kuning keemasan beriringan dari sebuah lorong menuju ke belanga besar di hadapan perempuan tua disajikan dalam warna monokrom hitam putih. Pembentukan dua komposisi warta tersebut menghadirkan kesan yang menawan.Dari 25 karya yang ditampilkan Wadji sebagian besar mengetengahkan cerita tentang ikan. Ada lukisan yang dibagi dalam dua bidang, obyek utamanya seorang anak menenteng ikan hasil tangkapannya tampil dalam sebuah frame.
Sementara pada bidang lainnya tampak jajaran perahu mendarat di pantai.Wadji juga mencoba memikat lewat figur wanita. Seperti pada lukisan seorang gadis yang memegang merpati putih dengan latar belakang yang diblok merah menyala menyiratkan tentang pengendalian suatu kebebasan.Lukisan lainnya, ada tumpukan kayu, sebuah lukisan penari Bali dan sebuah topeng menempel di dinding sementara beberapa ekor ikan kecil berenang di tempayan. Seorang wanita muda menatap suasana itu dengan sorot mata tajam dikitari bunga merah muda."Inilah hasil pergulatan setahun.
"Meski saya menampilkan figur lain namun ikan tetap menjadi idiom utama. Ini sudah pilihan saya. Sebagai filosofi, ikan menyiratkan aktivitas yang tiada henti sepanjang waktu. Begitupun saya yang terus mencoba untuk terus bergerak di wilayah seni rupa," tutur Wadji yang dikenal sebagai seniman serba bisa.Pelukis yang pernah belajar pada Sekolah Minggu Aksera di tahun 70-an tersebut juga seniman relief yang terampil. Karya reliefnya masih menghiasi kawasan kebun binatang Surabaya.
Wadji juga sering bermain kesenian reog maupun melawak yang dia lakoni pada medio 1980an.Tentang eksplorasi kekaryaannya yang terakhir Wadji menuturkan, "Sebagai seniman saya ingin terus berproses sambil merespon fenomena agar saya bisa tetap semangat, karena saya hidup dan dihidupi oleh kesenian yang saya libati." (rokimdakas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar